Pages

Minggu, 06 November 2011

Kelak kau 'kan menjalani hidupmu sendiri
Melukai kenangan yang telah kita lalui
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah baru tanpa diriku

-Seandainya by Vierra
Anything to make you smile
You are the ever-living ghost of what once was
I never want to hear you say
That you'd be better off
Or you liked it that way

But no one is ever gonna love you more than I do
No one's gonna love you more than I do

-No one's gonna love you more than I do by Band of Horses
Why does the one you love
Become the one who makes you want to cry

-How by Maroon 5

eins

sekarang aku tersadar
cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
apalah arti aku menunggu
bila kamu tak cinta lagi

namun ku rasa cukup ku menunggu
semua rasa tlah hilang

dahulu kaulah segalanya
dahulu hanya dirimu yang ada di hatiku
namun sekarang aku mengerti
tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang sama


-Apalah (Arti Menunggu) by Raisa


P.S. Dia telah menemukan seseorang yang lain di sana

Nur mich

Ich bin ledig. Jetzt.

Er hat von mir verlassen.


Und ich weiß, dass er mich nicht liebt.

Jumat, 19 Agustus 2011

Telat Baru Tahu Lagu Ini

Andai lagu ini udah ada sejak aku di kelas 2 SMA. Mungkin aku ingin memberikan lagu ini kepadanya. Sebelum perpisahan itu terjadi.

.....................

Sumber: http://lirik.kapanlagi.com/artis/dewi_lestari/peluk_feat._aqi_%2522alexa%2522

Peluk Feat. Aqi "Alexa"
oleh: Dewi Lestari

"... Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatikum pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya."


Menahun, ku tunggu kata-kata
Yang merangkum semua
Dan kini ku harap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu
Rasa sakitku

Tiada lagi alasan
Inilah kejujuran
Pedih adanya
Namun ini jawabnya

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Sadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua
Sebelum kau kulepas selamanya

Tak juga kupaksakan
Setitik pengertian
Bahwa ini adanya
Cinta yang tak lagi sama

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Dan kini ku berharap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

.....................................................

Lagu ini juga untuk dia, yang tak sempat memelukku untuk terakhir kalinya.

Kamis, 18 Agustus 2011

Mengenang Dia

Ketika rindu itu hadir dan aku hanya membisu. Sangat ingin aku mengatakan kepadanya, bahwa aku rindu. Hanya saja, itu tidak mungkin. Aku hanya bisa memuntahkan rindu menyakitkan ini melalui sebuah cerita dari buku berjudul Recto Verso, karya dari Dewi Lestari. Uniknya, dari cerita ini juga dibuat lagu dengan judul yang sama dengan ceritanya.

Ini........

Sumber: http://lirik.kapanlagi.com/artis/dewi_lestari/hanya_isyarat

Hanya Isyarat
oleh: Dewi Lestari


"... Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya dapat kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan."

Ku coba semua, segala cara
Kau membelakangiku
Ku nikmati bayangmu
Itulah saja cara yang bisa
Untuk kumenghayatimu
Untuk mencintaimu

Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang mengamatimu
Dan dirimu yang jauh di sana
Ku tak kan bisa lindungi hati
Jangan pernah kau tatapkan wajahmu
Bantulah aku semampumu

(Rasakanlah)
Isyarat yang sanggup kau rasa
Tanpa perlu kau sentuh
(Rasakanlah) Harapan, impian,
Yang hidup hanya untuk sekejap
(Rasakanlah) Langit, hujan,
Detak, hangat nafasku

(Rasakanlah)
Isyarat yang mampu kau tangkap
Tanpa perlu kuucap,
(Rasakanlah) Air, udara,
Bulan, bintang
Angin, malam,
Ruang, waktu, puisi

Itulah saja cara yang bisa
Untuk menghayatimu
Untuk mencintaimu

..........................................................

Melalui lagu dan cerita tersebut, aku mengenang dia sekaligus tertorehkan perihnya rindu itu sendiri.

Bisa dibilang gw sendiri

Sebenernya gw lagi males berbasa-basi.

Langsung aja deh, gw sekarang lagi liburan semester genap ke ganjil. Besok pas masuk gw di semester 5 (alhamdulillah). Gw sangat menantikan semester 5 ini karena gw pengen dapet suasana baru. Maksudnya? Yap, gw sudah jenuh banget sama suasana kuliah gw 2 taun belakangan, dari mata kuliahnya, atmosfer kelas, bahkan dengan orang-orang dekat dengan gw. Kenapa gw bilang gitu? Ga tanpa alasan juga merasakan seperti itu.

Pertama, gw makin tahu sifat orang-orang yang deket dengan gw. Sebenernya gw ga mempermasalahkan sifat jelek mereka, tapi ada satu hal yang bikin gw gondok setengah mati. Gw merasa, gw ga dianggap di mata mereka semua. Maksudnya ga dianggap? Ada satu kejadian dimana gw satu-satunya orang yang ga diberi kabar. Well, saat itu gw langsung tahu betapa posisi gw di mata mereka itu ga ada apa-apanya. Oke, mungkin gw emang ga bisa dateng saat itu juga, tapi setidaknya kasih tau atau tawarkan bantuan kek gitu. gw heran aja, yang namanya lo biasa maen bareng-bareng terus dapet sesuatu yang bisa lo lakuin bareng temen-temen lo, wajarnya sih lo ngabarin temen lo itu. Ga ngerti deh gw. Segitu bersaingnya kah sama gw????

Semakin ke sini, apa mereka sadar? Ga tuh. Gw diem, sengaja. Karena gw tau, mau berkoar kayak apa juga, gw dianggap tembok yang ga ada. Sumpah yah, gw ga nyangka segitu gampangnya menyingkirkan gw. Kalo boleh jujur, gw seneng berada di dekat mereka, tapi ketika keberadaan gw diremehkan, gw sakit hati.

Selama ini gw ga pernah perhitungan memberikan bantuan yang gw bisa lakukan, tapi ketika gw kesusahan dan butuh bantuan, apa mereka mengulurkan tangan ke gw?


HAHAHAHAHAHA menanyakan tentang mata kuliah ke gw aja, engga.

Dia..

Katakan lancang kepadanya! Ya, kepada dia yang telah dengan berani kembali hadir di mimpiku. Aku tidak pernah memikirkannya sebelum tidur, tapi kenapa dia hadir dan membuat mimpi itu terasa nyata? Buat apa dia datang di mimpiku sementara di dunia nyata, kita berlaku seperti orang asing?

Aku benci. Aku benci sekaligus rindu. Aku merindukannya.

Dia tidak tahu bukan betapa menyakitkannya bermimpi indah sementara kenyataan terlalu pahit untuk aku terima? Mengapa mimpi tidak sepahit kenyataan?

...................

Mimpi itu terasa begitu nyata.

Aku menghanpirinya. Dia tersenyum. Kemudian aku memintanya untuk jalan bersamaku. Dia mengangguk. Dan sepanjang jalan dia menggenggam tanganku. Tuhan, mengapa..... Mengapa momen itu terasa sangat indah dan menyakitkan? Aku kembali diingatkan saat dulu dia menggenggam tangan ini dalam sunyi. Dia hanya diam. Tak mengucap sepatah kata.

Tahukah dia? Ketika sunyi menyergap sepanjang jalan itu, aliran hangat darah yang mengalir di tangannya, juga mengaliri tanganku yang digenggamnya. Aliran darah itu ibarat perasaannya yang tak pernah bisa ia jelaskan.

Sayang sekali, aku terlalu bodoh untuk merasakannya.

Senin, 13 Juni 2011

The Solitaire Mystery

“A joker is a little fool who is different from everyone else. He’s not a club, diamond, heart, or spade. He’s not an eight or a nine, a king or a jack. He is an outsider. He is placed in the same pack as the other cards, but he doesn’t belong there. Therefore, he can be removed without anybody missing him.” (Jostein Gaarder – The Solitaire Mystery)

Senin, 13 Juni 2011 Pukul 22.38 WIB

Sudah lama saya ingin membuat suatu tulisan tentang “Solitaire”. Quote pembuka yang saya cantumkan di atas, saya temukan di sebuah buku kumpulan cerpen berjudul “Karena Kita Tidak Kenal” karya Farida Susanty. Quote tersebut berada di sebuah cerpen berjudul “Joker”, kedengarannya menarik bukan? Kenapa harus quote tersebut yang saya masukkan ke tulisan kali ini? Apa hubungan antara quote dengan saya?
Solitaire. Solitary. Strange. Starange.
Kesendirian = Keterasingan ?
………………………………………………………………………………………………
Asing. Sendiri. Akhir-akhir ini saya merasakan kedua hal ini. Entahlah, saya sendiri tidak tahu mengapa saya merasa seperti itu. Perlu digarisbawahi, saya bukanlah orang yang kemana-mana sendiri atau kata lain tidak memiliki teman. Ya, saya memiliki banyak teman, tidak hanya satu. Akan tetapi, dalam keramaian itu saya bisa merasakan kesendirian dan keterasingan itu sendiri. Sama seperti Joker, I am an outsider. I don’t belong here or there.
Ralat: bukan akhir-akhir ini, melainkan sering kali.
..................................................................................................
Saya suka menyendiri.
Saya suka keheningan.
Saya suka menghilang.
.....................................................................................
Jadi, ketika saya memilih menjadi Joker, saya merasa aman. Haha. Tidak ada yang menertawai saya, karena hanya ada saya seorang. Ya, hanya saya.
…………………………………………………………………..
Ketika saya mendapati saya benar-benar ditempatkan di tempat berbeda, pertanyaan muncul, ini kah yang saya inginkan selama ini? Atau saya bertanya karena saya takut?
…………………………………………
Tidak. Saya tidak akan dan boleh takut. Saya. Tunggal. Solitary.
………………………………………
Seperti Joker yang tidak ditempatkan di mana pun, saya kuat untuk berdiri sendiri.
…………………….
Sebagai seorang “Joker” di antara King, Queen, Jack, Spade, Heart, dan Diamond

Minggu, 24 April 2011

Eine Kurzgeschichte von mir und Dimas

Das Blatt, der Wind und der Baum

von Dimas Aditya und Nurrizka Sari

Dieser Morgen war schön. Ich ging allein in die Schule, und stellte mir vor, was es passieren wurde. Ja, ich wurde eine Entscheidung treffen, in der es um mich und ihn ging. Eigentlich wusste ich nicht, was es nach meiner Entscheidung passieren wurde.

Die Schulglocke klang. Alle Schuler fühlten sich glücklich, aber das betraf mich nicht. Meine Freunden gingen hinaus. In der Klasse blieb ich allein sitzen, und mein Geist drehte sich noch um ihn. Ich fühlte meine Füβe, schwierig zu treten. Als ich von der Klasse hinaus ging, bedeutete es, dass ich mich der Entscheidung näherte. Ehrlich war ich nicht bereit, aber ich musste die Entscheidung so bald wie möglich machen.

Er war ein netter Junge, und hatte viele Freunden. Ich konnte auch sagen, dass er sehr freundlich war. Dreimal pro Woche spielte er Federball. Ich begleitete ihn im Sportplatz, und sah ihn sehr glücklich beim Spielen. Eigentlich gefiel mir Federball nicht, aber ich war immer für ihn da. Ich dachte, wenn er Federball spielte, sah er so frei aus. Er war ganz anders, wenn er im Sport und in der Wirklichkeit war. In der Wirklichkeit war er ein introvertierter Junge. Er hatte Schwierigkeit, um sein Gefühl zu erklären. Obwohl ich seine Freundin war, konnte er mir sein Gefühl nicht deutlich zeigen. Manchmal war ich der Meinung, dass er mich nicht liebte.

Jetzt wartete ich auf ihn. Ich saβ auf einer Bank in einem Park. Der Wind streichelte mein Gesicht sanft. Aus der Ferne sah ich er kommen. Üblich sah er gelassen und warm aus.

,,Hallo,” sagte er.

Ich sagte nichts. Ich wusste nicht, was ich sagen sollte.

,,Wir plaudern hier, oder?” fragte er lauter.

,,Ja, wir können hier plaudern.” antwortete ich.

,,Warum müssen wir in diesem Platz plaudern?” fragte er noch einmal.

,,Ich weiβ nicht, aber ich fühle mich bequem hier.” antwortete ich mit leiser Stimme.

,,Ach so... Was möchtest du jetzt erklären?”setzte er fort.

,,Wir sollen Schluss machen.” sagte ich direkt.

,,Na ja... aber... Sind wir noch Freunde?” fragte er zweifelhaft.

,,Natürlich! Du bist noch ein Freund von mir.” lächelte ich traurig.

Er blieb stumm. Er holte Atem. In diesem Moment gab es nur die Stimme des Windes. Ich konnte etwas nicht beginnen. Zeit verging sehr langsam. Ich wünschte, dass dieser Zustand schnell endete. Er gefiel mir sehr traurig, wenn ich weinen wurde, konnte ich es direkt nicht tun.

,,Ich habe nur eine Frage. Warum machst du diese Entscheidung?” plötzlich fragte er in der Mitte dieser Stille.

,,Ich finde, dass unser Liebesverhältnis geendet werden muss. Ich bin so müde mit dieser Beziehung. Ich bin sehr müde auch mit deinen Schritten.” erzählte ich ihm mehr.

Er zeigte nur sein kleines Lächeln. Ohne Worte neigte er deinen Kopf.

Immer wieder zeigte er nicht mir sein Gefühl. Das machte mir unzufrieden, weil ich sein echtes Gefühl nicht wissen konnte. Er war ein Experte, sich sein Gefühl zu verstecken, obwohl er an dieser Entscheidung litt. Immer fragte ich mich, warum er mir direkt sein Gefühl nicht zeigen konnte. Ich war nur eine normale Person, die die Sicherheit des meinen Freunds über sein Gefühl brauchte. Ich wusste es genau, wie sein impliziter geheimnisvoller Charackter war. Konnte er nicht meinen Gedanken lesen? Bis jetzt liebte ich noch. Aber...aber...aber.... Ah, er machte mich verrückt mit seinem Verhalten.

...................................................................................................................................................

Seit dem Treffen trafen wir nicht wieder. Ich wusste nicht über ihn, und hatte keinen Mut, um über seine Nachricht zu fragen. Oft fühlte ich mich schuldig wegen meiner dummen Entscheidung, aber ich konnte nichts tun. Alles passierte schon.

...................................................................................................................................................

Eines Tages bekam ich ein SMS von ihm. Es überraschte mich. Wenn ich es las, erschreckte ich so.

,,Das Blatt geht, weil der Wind weht, oder der Baum bittet nicht um das Blatt, zu bleiben.” schrieb er in seinem SMS.

Ich sagte nichts. Ich konnte nur mein Handy mit leerem Blick ansehen.



*Wir widmen diese Geschichte für unsere “Jemande” und “Jemanden”

Freund oder Feind?

Wer sind wir?

Wir sind Freunde?


Ah, das gibt's doch nicht!


Wir sind Feinde?

Es gibt keinen Streit.......mehr.

So, was ist die Antwort?


Minggu, 20 Maret 2011

Memulai

I started with no-feeling-anymore.


Just wanna have a good long time conversation.


No question about private life.


Just talking about general activity.


Let me say,

I don't wanna ruin this good beginning.

Selasa, 01 Maret 2011

Another Bedrest

Again. Sakit. Kecapean. Kedinginan. Rubuh.


Ga mau sakit lagi. Kuliah lagi padet-padetnya.


Kapok bandel minum es.

Minggu, 27 Februari 2011

Rekor #2

Yuhuuuuyyy...apa kabar semuanya? Lama banget yah gw ga posting keadaan perkeretaan selama gw kuliah hehehe. So sorry guys...karena dari kemaren mau nulis banyak kejadian menarik tapi sayang ga ada fotonya, rada gimanaaaaa.....gitu! berasa ga bernyawa deskripsiinnya *gayeeeeee*

Pada nyadar ga kenapa judul postingan-nya langsung #2 ? –Gak- *sedih....ga ada yang nyadar...*

Oke deh, to the point aja.....sebenernya rekor #1 nya udah ada tapi karena keterbatasan alat, ga bisa gw posting (ga ada gambar maksudnya hahahaha). Suatu saat laaah gw bakal ceritain yang pertama :p

Senin, 21 Februari 2011

Bermula dari keterlambatan. YA! Telat bangun. IKA, INI HARI SENIN! HARI S-E-N-I-N ! Emang dasar yah udah punya mind set kalo hari Senin itu kudu dapet duduk yang strategis. Udah gitu yah, kalo Senin kan banyak yang pada balik ke kosan, jadilah penuhnya abnormal. Ditambah lagi, suka dapet serangan mendadak kereta-kereta sebelumnya, contoh: kereta Ekonomi 06.05 mogok atau cuma 1 rangkaian aka 4 gerbong doang, Kereta Ekonomi Depok-Tanah Abang yang tiba-tiba ilang *ga dijalanin gitu deh*, ampe pembludakan penghuni kereta yang tak terduga.

Lanjuuuuuttttt..... Benar sajaaaaa...gw telat! Dari rumah itu sekitar jam setengah 6 kurang 5 gara-gara gw sarapan dulu. Dapet angkotnya hoki, udah penuh jadinya si abang angkot langsung ngebut buuuuuzzzzzzzzzz..... Nah kalo pagi, angkot dari rumah gw berhenti di depan Matahari Taman Topi, lebih gampang jalan ke stasiun. Tiba-tiba pagi ini, di daerah BTM udah banyak polisi patroli. Bisa ditebak dong? Si abang angkotnya ga berani nurunin di depan Matahari Taman Topi dan akhirnya nurunin di tempat biasa, di depan Lapas Paledang. Pas penumpangnya pada turun, si abang angkotnya ampe minta maap segala karena ga jadi lewat Matahari. Sopan deeeeh abangnyaaaa...tau aja yang naek itu pada ke stasiun semua hehehehe...

Alhasil, gw ke Stasiun Bogor lewat lorong belakang. Buru-buru jalan ke loket. NGANTRI PANJANG! Liat jam? Udah jam 6 kurang 10, artinya? Gerbong Wanita paling belakang udah ga ada tempat kosong. Oke, ngungsi ke Gerbong Wanita paling depan. Pasti masih kosong. Pasti! Wohoooooo...beneran loh masih kosong! Uyeeeeeeh! Langsung dapet duduk di pinggir pintu. Terus? Tidur hahahaha rugi udah bangun pagi-pagi tapi ga bisa tidur di kereta. Yah walopun ga nyampe sejam tapi lumayan lah yah daripada ga sama sekali huehehehehehe. ................................................................................................................................................................

Tidur sih tidur, tapi naluri ga boleh tidur. Tiap berenti di stasiun, ngitung ini udah stasiun ke berapa. Ga lucu dong kalo molor ampe kelewatan hihihihi lagian kudu persiapan berdiri juga sebelum masuk Stasiun UI. Sesampainya di Stasiun Depok Lama, gw bangun. Nengok ke belakang. Jendela kereta. Langsung panik! Itu yang pada mau naek ke kereta kok banyak amat yah? Ga seperti biasanya walopun ini hari Senin. Insting perkeretaan gw pun langsung mengambil alih, “Ada yang ga beres, Ka...mendingan lu bangun ambil posisi ke pintu sekarang...belum ketemu Depok Baru yang penumpangnya segambreng...ayoook bangun, Ka...ke pintu, Ka....” gw tau, insting gw ga pernah salah! Huahahahahaha jalan juga lah gw ke pintu. Bener kan dugaan gw? Posisi gw ga maju-maju asaan ke pintu padahal jaraknya deket banget. Karena dari Depok Baru yang naek banyak, makin kedesek aja ke dalem. Dari Depok Baru menuju Pondok Cina, gw berjuang geser ke pintu yang notabenenya susyaaaaaah banjeeeet! Hop hop hop berjuang maju! Menuju Pocin, gw deg-degan, bisa ga nih bertahan di posisi depan pintu ampe Stasiun UI. Tadaaaaaa.....pintu dibuka! Massa yang masuk ga nanggung-nanggung, be-ji-bun! ..............................................................................................................................................................

Gw menyerah. Terbawa arus penumpang yang turun di Pocin, gw pun ikutan turun. Pas turun, baju gw udah ga karuan kayak abis diapain gitu. Untung aja ga robek bajunyaaa... abis turun, kaki dan tangan gw sakit semua. Demi yah, baru kali ini gw turun segininya. T_________T



Setelah gw turun, gw takjub melihat kereta barusan kayak apa. Pintu kebuka semua dong! tapi orang-orang masih aja maksa naek ckckckckck..jadinya begitu deh... kereta perlahan meinggalkan Pocin, baru jalan dikiiiiiit, keretanya berdecit. Berhenti. Gw nengok ke atap kereta, beuuuh banyak atapers. Pas berhenti, gw mikirnya ada yang kesetrum. *jahat yeee* udah siap-siap hape aja buat ngejepret....taunya bukan....

Ada yang jail masa, narik rem tangan, makanya kereta ga bisa jalan.


(Liat kan? Gimana pintu pada kebuka semua?)


(petugasnya ampe ada yang ngecek ke gerbong paling belakang)

Lumayan juga berhenti di Pocin lama. Serem loh kalo rem tangan ditarik bisa kejungkir keretanya. Gw masih aja berdiri di peron nunggu ampe keretanya bener-bener jalan. Sekaligus masih syok dengan kejadian turun tadi huhuhu.

Kenapa gw bilang rekor? Karena selama naek kereta, kejadian ini merupakan kejadian turun kebrutalan kedua *sigh*

Jalan ke Halte Bikun. Lemes. Nunduk. Merenungi nasib tiap pagi selama semester 4 ini.

Minggu, 20 Februari 2011

Bilang...Tidak...Bilang...Tidak...

Aku bercermin.

Menatap dia.

Sebuah bayang.

Semu.

Buram.

Muram.

Kabur.

Dia berbalik menatapku.

Tatapannya sendu.

Sekaligus menantang.

'Beranikah kau?'

'Kau....'

'Pengecut.'

Siapa dia?

Dia berkata 'iya'.

Aku menidakkan.

Bodoh sekali kau!

Lancang!

Siapa kau ini?

Kau tak pernah nyata.

Ya.

Kau selalu terjebak,

di dalam belenggu,

yang kau buat

s e n d i r i.

Rabu, 16 Februari 2011

Hello World!

After all what I have been through..

I am so lucky and happy for having people like you are.

My parents. My Family.

My Besties.

My cupi-unyuers.

My Fikar.


You have stolen all my hearts,

and I want you to still here with me.

because,

I love you so much all....

Selasa, 01 Februari 2011

Benang Merah

Sepertinya gw adalah orang yang jahat. Untuk dia. Kenapa gw bilang kayak gitu? Bayangin deh ada orang yang begitu sayang sama lu, tapi lu sangat kekanakan dalam menyikapi satu hal sepele, lalu orang tersebut merasa cape dan ingin mengakhirinya. Ya, hari ini yang terjadi sama gw.

Seharusnya hari ini adalah hari yang menyenangkan buat gw sama dia. Karena hari ini tepat 2 taunan kami jalan bersama. Nyatanya, gw malah menghancurkan. Gw bad mood hanya karena hal sepele sampe akhirnya dia kesel, bilang cape dan ingin putus. Segitu menjemukannya ya gw ini?

..................................................................

Gw adalah seorang pengkhayal. Jika mendekati sesuatu yang spesial, gw selalu berkhayal yang indah-indah. Pokoknya hal yang diidamkan oleh semua orang. Kebahagiaan. Lalu di hari H yang dianggap spesial terus kenyataannya 180 derajat berbeda dengan apa yang gw bayangkan, gw langsung kecewa. Salah!!!!! Gw terlalu mencampuradukkan khayalan dengan kenyataan. Padahal kenyataan sering kali berbanding terbalik dengan khayalan.

Selanjutnya apa? Ya, bisa ditebak. Gw langsung bad mood. Bete. Iya iya, gw tau ga seharusnya bersikap kayak gitu. Tapi mau apa? Gw terlanjur hanyut dalam khayalan sampai khayalan itu menutupi kenyataan pahit yang terjadi dan melukai orang lain.

Egois. Khayalan gw justru membuat hari ini berantakan.

Rasanya gw kebanyakan hidup di dunia khayal gw sendiri.

Sakit bukan menghadapi kenyataan yang berbeda jauh dengan khayalan?!

Lambat laun, gw kehilangan kesadaran dalam membedakan kenyataan dan khayalan.

Senin, 31 Januari 2011

The Last day of January

January, 31st 2011

Well, today is the last day of January.

In this last day, I have ended something.

Wanna know?

Don't speculate something bad.

I really want to try something new :)

........................................

Make your answer about what I mean hahahaha

(Are you ready?)

(Actually I'm not so confident, but he said that it suits me well)

(Hey, I'm not shy anymore!)

(I feel so comfort....do you feel the same? I hope so :D )


Thank you, Dear.

Tomorrow is February 1st, 2011 which is our big day!

Happy number 2 my Fikar!!!!!

Jumat, 28 Januari 2011

Short Story of Parasit

Alkisah ada seorang gadis kecil. Dia adalah seorang gadis dengan paras yang manis. Gadis ini memiliki sebuah keluarga, yang terlintas terlihat normal seperti keluarga lainnya. Keluarganya terdiri dari ayah, ibu, si gadis kecil, dan seorang adik perempuannya.

.....................................................

Waktu terus berjalan. Gadis kecil ini bertambah dewasa. Bagaimana keadaannya sekarang? Keluarga kecil yang dahulu begitu indah, nyatanya kini tinggallah sebuah kenangan manis. Keluarganya saat ini tidak utuh. Ayahnya sudah lama tidak tinggal bersamanya. Dimana ayahnya? Entahlah. Dia pun tidak tahu. Karena persoalan mendasar yang sudah mendarah daging antara ayah dan ibunya, keluarga kecil gadis ini hancur. Tidak jelas bagaimana status ayah dan ibunya.

.....................................................

“Sejak kecil ibu selalu memanjakan aku.” ujar si gadis kecil. Tanpa dia sadari, pola pengasuhan seperti itu terbawa hingga dia dewasa. Ya, segala keinginan si gadis kecil selalu terkabul, tanpa peduli betapa susah ataupun mahalnya keinginan itu.

...........................................................

“Aku merasa kesepian di tempat ini, rumah.” keluh dia. Kalian tahu? Rumah ini tidak memiliki aura. Tak ada atmosfer. Tak ada kehangatan dan kasih sayang ayah. Rumah ini sepi.

..............................................................

Ironis. Dia bukanlah berasal dari keluarga kurang mampu. Bisa dibilang, secara finansial cukup, ah ya, mungkin lebih. Tapi, uang seolah menunjukkan kuasanya. Sebuah tempat bernama rumah yang notabenenya tanpa aura ini, bisa terkelabui oleh gemerlapnya uang.

.........................................................

Ha. Ha. Ha. “Aku memang tidak memiliki rumah dengan aura kehangatan keluarga. Tapi...aku punya uang!!!! Yes, my money can buy and give me everything! Hahahaha. Persetan dengan ikatan bernama keluarga. Selama masih ada uang, aku pasti bahagia. Hahahaha....” dengan bangganya dia menghibur batinnya yang kosong.

........................................................

“Saat ini aku terjebak. Aku terjebak oleh uang dan hedonisme. Aku tidak ingin hidupku terpuruk. Dan satu-satunya yang bisa memberiku kebahagiaan adalah uang dan hedonisme. Jiwaku ini kosong!”

.........................................................

Hey, gadis kecil. Tahukah kamu? Perilakumu ini sanggup mengubah seorang wanita yang amat mulia di matamu menjadi seorang, P A R A S I T.

Uang tak hanya membutakan mata jiwamu, Nak. But money kills you very slowly without you realize it.

Rabu, 12 Januari 2011

It happened (again)

Lagi-lagi dia. Aku heran mengapa dia selalu datang di mimpiku. Seminggu yang lalu semuanya sudah jelas, bagiku. Aku tidak akan mempertanyakan hal itu lagi. Yes, I promise myself that I won’t take a part again for his present.

Okay, mimpi semalam sangat sangat jelas bagiku, bagaimana posisi aku dan dia sekarang. Memang sih, memimpikannya bukan hal baik bagiku. Tapi bagian baiknya adalah aku sudah bisa menahan diri untuk tidak terlibat/nimbrung ke dalam hidup dia. Hmmm..sekedar mengirim SMS saja sudah tidak pernah aku lakukan. Lupa, kapan terakhir kali aku saling SMS. Nah SMS yang terakhir kali itulah yang membuat semuanya jelas.

Mungkin memang aku yang terlalu perasa. Semuanya juga ada hubungannya dengan dia. Aku tidak bisa berjalan satu arah terhadapnya. Sementara aku ingin memperbaiki, dia tidak memberi kesempatan. Hahahaha lucu? Dulu dia memohon kesempatan dan aku tidak memberikannya. Sekarang giliranku meminta kesempatan, dia juga tidak memberi. Adil, bukan? Yah, adil. Sama adil, tapi menyakitkan. Hanya waktu yang membedakan sakit yang dirasakan olehnya dan olehku.

Sekarang aku tidak ingin mengganggunya dengan apapun dariku. Entah dari SMS sekedar menanyakan kabar atau apapun lah itu. Biarkan semua berjalan apa adanya. Aku sangat tidak ingin kehadiranku menghancurkan kehidupan barunya dan kehidupanku saat ini.

Ada jarak. Kasat mata di antara aku dan dia. Dan aku tak bisa memperkecil jarak itu tanpa ada kemauan darinya. Begitulah adanya yang terjadi sejak 3 tahun lalu hingga sekarang. Jarak itu tetap sama dan tidak akan berubah. Sampai dia sendiri yang mengubah.

Bisakah aku mengucapkan salam perpisahan? Salam perpisahan yang sesungguhnya?

Tidak ada lagi yang tersisa. Hanya memori. Yang lambat laun mungkin akan pudar di ingatannya.

Hey, dia yang di seberang sana. Take my words, I won’t disturb you anymore with my stupid things. You are now happy with her and sincerely I wish you will always be happy with whoever one.


This is my goodbye for him.

Senin, 10 Januari 2011

The falling leaf doesn’t hate the wind

"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin..... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya."


"Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun...daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya."





Kalimat-kalimat di atas merupakan penggalan dari sebuah buku yang baru saja aku baca. Buku itu berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, sebuah karya dari Tere-Liye. Ceritanya sederhana dan banyak ditemukan di kehidupan nyata. Walaupun sederhana, tapi buku ini memberikan sebuah pelajaran penting: Ikhlas.


The falling leaf doesn’t hate the wind adalah kalimat anonymous yang dipopulerkan dalam film jepang Zatoichi.



Oh iya, cerita dalam novel ini memiliki kesimpulan yang sama dengan sepotong pengalaman yang pernah aku rasakan.


*Ciao

Jumat, 07 Januari 2011

Back to December-Taylor Swift

"Back To December"

I'm so glad you made time to see me.
How's life? Tell me how's your family
I haven't seen them in a while.
You've been good, busier than ever,
We small talk, work and the weather,
Your guard is up and I know why.

'cause the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind
You gave me roses and I left them there to die.


So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night",
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you.
Wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right

I go back to December all the time.

These days I haven't been sleeping
Staying up playing back myself leavin'
When your birthday passed and I didn't call.
And I think about summer, all the beautiful times,
I watched you laughing from the passenger side.
Realized that I loved you in the fall

Then the cold came, the dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye"

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night".
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time.

I miss your tanned skin, your sweet smile, so good to me, so right
And how you held me in your arms that September night
The first time you ever saw me cry

Maybe this is wishful thinking,
Probably mindless dreaming,
If we loved again I swear I'd love you right...


I'd go back in time and change it but I can't.
So if the chain is on your door I understand.

But this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night"
And I go back to December...
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing that I'd realize what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

I'd go back to December all the time.
All the time




*huaaaa Oky...speechless gue...* Danke, Liebe Oky :)

Senin, 03 Januari 2011

Semalam aku memimpikannya lagi

Aku berusaha sekuat tenaga untul tidak mengingatnya. Mengingatnya sama saja dengan membuka sebilah luka yang tak kunjung usai. Sebuah luka yang kubuat sendiri, sehingga melukaiku dan dirinya. Ada pepatah mengatakan, time always kills the pain. Berlakukah pepatah itu untukku dan untuknya? Tidak. Luka itu tak kunjung kering. Luka akan sebuah kebodohan, pengkhianatan dan keegoisan. Ya, luka itu akan selalu menganga mengeluarkan nanah. Sakit. Sakit bila disentuh sedikit saja walaupun tidak sengaja.

Seperti itulah mimpiku semalam. Mimpi itu tanpa sengaja menyentuh sedikit luka yang aku rasa. Pedih. Perih. Nyeri. Merasakannya lagi, aku sangat ingin berteriak dan berlari. Tolong, tolong...jangan sentuh bagian itu. Dia telah pergi, bukan? Seharusnya luka itu turut pergi bersamanya yang telah bersama orang lain. Tapi, apa yang terjadi? Luka itu tetap saja membasahi bagian hidupku.

.............................................................................................................................................................

“Ketika itu aku berada di sebuah lapangan olahraga. Aku bersama adik perempuanku pergi ke sana hanya untuk berolahraga, sekedar jogging. Kami berlari di pinggir lapangan hijau, yaitu di bagian yang ada tanahnya. Adikku berlari mendahuluiku, sementara aku hanya berlari kecil mnegejarnya.

Tanpa aku sadari, aku menengok ke sebelah kiri, ke arah lapangan rumput. Sangat tepat. Saat aku menengokkan kepala, kedua mata ini tepat berpapasan dengan matanya. Ya, matanya yang berwarna cokelat. Dia memakai kaos tanpa lengan berwarna hitam dengan celana pendek senada. Rambutnya tetap sama, hitam legam dan ikal, sementara posturnya juga sama dengan yang aku lihat terakhir kali. Dia berlari berlawanan arah denganku. Ketika mata kami bertemu, aku tak bisa beujar sepatah katapun. Aku hanya diam. Dia juga diam. Lalu, hanya berselang 10 detik, aku menurunkan pandanganku ke bawah dan terus berlari. Aku tidak cukup kuat untuk memandang dua bola mata itu. Memandangnya seakan memberikanku gambaran kejadian buruk yang menimpa aku dan dia. Aku tak menoleh ke belakang untuk melihatnya. Mengapa? Karena aku tidak ingin memandangnya dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipiku. Aku terus berlari sambil menyeka air mata ini.

Lalu datang seorang laki-laki kepadaku. Sebutlah namanya C, dia adalah temanku dan juga temannya. C menghampiriku dan berkata bahwa, ‘dia’ sama terkejutnya melihatku barusan. ‘Dia’ tak bisa berkata ketika berpapasan denganku, karena ‘dia’ merasakan hal yang sama, satu hal pahit yang ‘dia’ temukan pada kedua mataku. ‘Dia’ takut. ‘Dia’ takut menatapku lagi lantaran ‘dia’ tak ingin perasaan ‘itu’ datang lagi dan menghancurkan hubungan aku dan dia.

Aku tak tahu harus berkata apa. Selama ini, aku berpikir bahwa dia telah menghapus bersih perasaan ‘itu’. Aku benar-benar kaget mendengar pengakuan tidak langsungnya itu.

Bagian terakhir, aku bersama adikku memutuskan untuk pulang karena hari sudah siang. Aku berjalan sambil merenungi kejadian yang baru aku alami itu. Adikku berjalan di depanku. Lagi-lagi, kejadian barusan terulang. Aku berjalan dan menengok ke sebelah kanan. Aku melihat dia sedang duduk sambil merokok. Pandangannya kosong, menandakan ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Aku melihantnya dan dengan cepat menundukkan pandanganku. Aku tidak ingin dia melihatku untuk kedua kalinya.”

.................................................................................................................................................................

Saat ini, aku hanya bisa menahan diri untuk tidak menghubunginya. Berat memang rasanya kehilangan sosok itu. Tapi, inilah resiko yang pantas aku terima. Dulu aku dan dia pernah berbagi jiwa dan kehidupan, sekarang? Sekarang aku dan dia berlaku ibarat orang asing yang tak pernah memiliki sejarah di masa lalu.

Andai saja dia tahu...







P.S di dalam mimpi itu, aku menangis setelah menatapnya. Ketika aku bangun pun, aku merasakan betapa dalamnya mimpi itu.