Pages

Kamis, 12 Agustus 2010

Hässlich. Jelek. Ugly.

Kamis, 12 Agustus 2010

Vielleicht habe ich ein Person verloren. Wer ist das? Ich muss dir jetzt die Geschichte nicht erzählen.

Semua yang datang pasti akan pergi suatu saat ini. Begitu pula dengan hidup gw. Dulu gw pernah menjadi bagian cerita seseorang, lalu sekarang gw hanya menjadi sepenggal kisah. Sebuah memori.

Terkadang gw sering mengkhayalkan apakah gw dulu berarti buat orang itu? Entahlah, misteri. Seseorang misterius itu selalu menjadi misteri yang tak terjawab hingga saat ini. Jika lu mengusulkan untuk menyelami hatinya untuk mencari jawab itu, gw akan berkata, sia-sia. Hatinya itu kelam, gelap, terselubung. Lu ga akan bisa mengetahui arah dia melangkah seperti apa. Dia itu benar-benar berbeda. Dia tak bisa ditebak. Ya, misterius.

Dia tidak pernah banyak berbicara. Apalagi membicarakan terlalu banyak mengenai sisi hidupnya. Terakhir yang gw tau, dia adalah orang yang egois. Sangat egois. Ketika dia mengatakan bahwa dia egois, gw masihlah terlalu naif untuk menyadari maksud tersembunyi itu. Lebih mengejutkannya, gw adalah orang pertama yang membuat keegoisannya luluh. Gw ga ngerti bagaimana bisa?

Jelek. Satu kata yang sering diungkapkan orang misterius itu. Gw? Selalu menekuk muka ketika mendengar kata tersebut. Menganggap bahwa ‘jelek’ yang diucapkannya memang berarti gw emang jelek. Dia tertawa berkata ‘jelek, jelek, jelek’. Tapi, entah mengapa setiap dia berkata ‘jelek’, ada raut kesenangan dan kehangatan tersirat jelas. Mimik muka yang meneduhkan hati, walaupun ketika itu masih saja belum mengerti.

Sampai akhirnya, sapaan hangat ‘jelek’ itu kehilangan aroma hangatnya. Keegoisan. Menghancurkan segalanya. Orang misterius itu memutuskan untuk menarik dirinya. Tak lagi ingin merasa sakitnya sebuah ‘keegoisan’. Dia pergi.

Jelek. Jelek. Jelek. Jelek.

Lebih dari setahun. Entah kapan bisa melihat tawa lebarnya. Sebuah pertanyaan baru pun muncul, kapankah? Kapan?

Saat ini.

‘Jelek’ telah pergi. Bukan lagi untuk seorang perempuan naif itu.

‘Jelek’ telah hilang.

‘Jelek’ telah menjadi fosil memori.

‘Jelek’ mungkin akan termakan pahitnya kikisan waktu.

‘Jelek’ telah menemukan ‘Jelek’nya yang baru.

‘Jelek’ hanya ingin tetap diingat oleh ‘Jelek’.

Tapi..itu terlalu muluk. Berharap diingat setelah menghancurkan kesucian ungkapan ‘Jelek’.


Semoga berbahagia untuk ‘Jelek’.

0 komentar: